Home » , , , , , , » HAKIKAT DAN MAKNA DAKWAH

HAKIKAT DAN MAKNA DAKWAH

Written By Unknown on Sabtu, 13 Oktober 2012 | 16.55

Di tengah-tengah masyarakat, kata da'wah lebih sering diidentikkan dengan ceramah. Padahal, ceramah hanyalah bagian kecil dari da'wah, sebab, kita semua tahu bahwa semenjak usia 40 tahun sampai kembali kepada Allah, keseluruhan hidup Rasulullah saw adalah untuk da'wah. Namun, jika seluruh ceramah-ceramah Rasulullah saw kita kumpulkan, pastilah tidak akan sampai berjilid-jilid, paling-paling satu jilid sedang saja. Oleh karena itu, kita perlu menengok kembali apa makna da'wah itu?

Dalam bahasa kita,  bisa diartikan:
-Mencenderungkan.
-Mencondongkan.
-Membuat tertarik.
-Membuat terpancing, atau semacamnya.

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dalam berda'wah; diantaranya:

1.Secara bahasa, bila ada seekor ayam lewat dihadapan kita, lalu kita berusaha memancing perhatiannya agar menoleh kepada kita, lalu kita katakan: kuuur ... kuuur ..., maka, sekali lagi, secara bahasa, kita bisa dikatakan menda'wahi ayam itu. Beda lagi kalau yang hendak kita pancing perhatiannya itu adalah seekor kucing, maka untuk menda'wahinya kita tidak mengatakan kuuur ... kuuur ..., akan tetapi kita katakan: pus ... pus ... pus. Ini mengajarkan kepada kita bahwa, perbedaan "obyek" da'wah mengharuskan adanya perbedaan cara dan metode da'wah yang kita pakai. Menda'wahi mahasiswa berbeda dengan menda'wahi dosen. Berda'wah di kalangan birokrat berbeda dengan da'wah di tengah-tengah masyarakat, dan seterusnya.

2.Sebagai seorang da'i, kita harus aktif, selalu sebagai pihak yang berinisiatif, dan bahkan pro aktif. Ingat kata-kata Ibnu Faris: engkau berusaha membuat mail ... Sikap pasif dalam berda'wah tidaklah dibenarkan. Bahkan, dalam tinjauan dakwah, sikap reaktif-pun (dalam arti, setelah ada aksi dari orang lain, kita sebagai da'i baru mengambil sikap), tidaklah dibenarkan, meskipun harmoni da'wah terkadang menuntut kita untuk melakukan sikap reaktif.

3.Yang menjadi incaran para da'i adalah bagaimana "obyek" dakwah itu tertarik, terpancing perhatiannya, cenderung dan condong kepada sang da'i. Ini berarti pula bahwa sang da'i harus:

i.Memiliki daya tarik yang membuat "obyek" da'wah cenderung kepadanya, apa saja hal-hal yang menarik itu (tentunya dengan syarat tidak bertentangan dengan syari'at Islam), mulai dari komitmen diri, shidq (benar), penampilan, tutur tata, metodologi, gaya bicara, ilustrasi, cara pemaparan informasi dan pengetahuan, dan ... (singkatnya) segala nilai plus yang mungkin kita memiliki, sebab, "gara-gara" nilai plus (positif) yang dimilikinya, proton berhasil membuat elektron selalu berada di dekatnya, bahkan ber-thawaf (atau istilah da'wahnya: yaltaffuuna haulana) secara terus menerus, sebagaimana thawafnya manusia di sekeliling Ka'bah. Atau dalam bahasa fisika yang lain bisa kita katakan: dengan nilai plus itulah kita akan menjadi magnit yang menyebabkan segala unsur yang sangat berdaya guna (seperti biji-biji besi) selalu menempel kepadanya.

ii.Mengetahui pintu-pintu dan celah-celah hati, kejiwaan, dan kecenderungan "obyek" da'wah, agar bisa dengan mudah dan efektif dalam memikat dan menarik perhatian "obyek" da'wahnya itu. Tentunya hal ini menuntut adanya pengetahuan sang da'i secara mendalam tentang keseluruhan pribadi "obyek" da'wah itu.

Karena inilah barangkali (wallahu a'lam), salah seorang da'i abad 20 ini menulis buku dengan judul: ad-da'watu ilallah hubbun (da'wah kepada Allah itu cinta), dan ath-thariiq ilal qulub (jalan masuk menuju hati), yaitu Syekh Abbas-As-Sisi.

Berikut ini adalah dua contoh dari apa yang telah kami sebutkan di muka:

1.Pada sekitar tahun 11 dari kenabian Muhammad saw, dan setelah ada beberapa orang Yatsrib (sekarang Madinah) memeluk Islam, Rasulullah saw mengutus Mush'ab bin 'Umair Radhiyallahu 'anhu sebagai muqri' (guru dan da'i) ke Yatsrib, untuk mendidik para muslim baru dan menda'wahi masyarakat yang belum memeluk Islam. Mush'ab bin 'Umair adalah salah seorang sahabat nabi yang sangat lembut tutur katanya, atau istilahnya hulwal kalam (omongannya manis). Pernah suatu kali ia kedatangan Usaid bin Khudhair (waktu itu masih musyrik) yang bermaksud mengusirnya dari Yatsrib. Namun dengan kelembutan tutur katanya, dan dengan kebaikan perangainya, ditambah dengan keindahan bacaan Al Qur'annya, Mush'ab bin 'Umair berhasil "menundukkan" dan melunakkan hati Usaid bin Khudhair, sehingga memeluk Islam. Begitu juga saat bertemu dengan S'ad bin Mu'adz (waktu itu masih musyrik). Semoga Allah meridhai mereka semua, amiin.

2.Pada suatu kali Hasan Al Banna diundang oleh murid-muridnya untuk menjadi penceramah acara tabligh akbar di sebuah daerah yang didominasi oleh tokoh-tokoh tarekat (tsawuf). Para tokoh terakat dan murid-muridnya telah menyusun sebuah rencana untuk menggagalkan acara tabligh akbar tersebut atau mengacaukannya. Mereka semua berkumpul untuk mematangkan rencana tersebut. Tiba-tiba mereka mendengar suara pintu terketuk dengan suara salamnya yang lembut. Mereka bertanya: "Siapa?". Si pengetuk menjawab: "Hasan". Kata mereka: "Hasan siapa?". Si pengetuk menjawab: "Hasan Al Banna". Mereka kaget dan terkejut, lalu mempersilahkan Hasan Al Banna masuk. Setelah berada di tengah mereka, Hasan Al Banna berkata: "Kami datang ke sini untuk meminta izin dari para syekh di sini. Hari ini saya diundang oleh anak-anak muda untuk menyampaikan ceramah kepada mereka. Namun karena daerah ini adalah wilayah para syekh, maka saya meminta izin kepada para syekh di sini, bila diijinkan, saya akan berceramah di hadapan mereka, bila tidak, maka hal ini menjadi hak para syekh di sini". Mendengar dan melihat sikap baik Hasan Al Banna seperti ini, maka majlis syuyukh (para syekh) yang tadinya berkumpul untuk membuat konspirasi itu, akhirnya bersepakat untuk mempersilahkan Hasan Al Banna menyampaikan ceramahnya di hadapan para pemuda, bahkan para syekh memobilisasi para muridnya untuk ikut serta mendengarkan ceramah Hasan Al Banna, semoga Allah merahmatinya, amiiin.

Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah swt …
Marilah sekali lagi kita tarbiyah diri kita agar memiliki nilai plus, sehingga kita menjadi manusia-manusia magnit yang mampu menghimpun segal apotensi ummat Islam bersatu dalam membela kebenaran, amiiin.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe me

Subscribe via RSS Feed Jika anda menyukai artikel ini cukup Klik disini, atau mulai berlangganan untuk mendapatkan artikel menarik lainnya.


 
Support : Mas Kolis | Ichin Xtwo | Cara Gampang
Copyright © 2013. | - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Ichin Xtwo
Proudly powered by Blogger